Inilah Makna Bahagia Sebenarnya

Bahagia itu merupakan fitrah bagi setiap manusia. Semua orang ingin bahagia. Jika ada manusia yang mengatakan, alangkah bahagianya kalau aku tidak bahagia, dia layak dikirim ke Rumah Sakit Jiwa. Kenapa? Tentu saja orang itu tidak waras lagi. Manusia yang waras selalu ingin dan menemukan bahagia. Bahkan, apa saja yang diusahakan dan dilakukan oleh manusia adalah untuk mencapai bahagia.

Bahagia itu relatif? Sayangnya, keinginan manusia untuk bahagia sering tidak kesampaian. Ini disebabkan banyak manusia tidak tahu apa makna bahagia sebenarnya dan mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya.

Jika kita menemukan sesuatu yang tidak diketahui dan dikenal, sudah pasti kita tidak akan menemukannya. Jadi, usaha menemukan kebahagiaan itu harus dimulai dengan mencari apa arti kebahagiaan itu terlebih dahulu.

Apakah makna bahagia? Ada yang beranggapan arti bahagia itu relatif. Makna bahagia bervariasi dan berbeda antara seorang individu dengan yang lain. Bagi yang sakit, sehat itu dirasakan bahagia.

Tapi ketika sudah sehat, kebahagiaan itu bukan pada kesehatan lagi. Sudah beralih ke hal yang lain lagi. Bagi golongan ini kebahagiaan itu adalah satu “moving target” yang tidak spesifik artinya.

Ada pula golongan pesimis. Mereka beranggapan bahwa tidak ada bahagia di dunia ini. Hidup adalah untuk menderita. Manusia dilahirkan bersama tangisan, hidup bersama tangisan dan akan dikirim ke kuburan dengan tangisan. Bahagia adalah utopia, ilusi atau angan-angan. Ia tidak ujud dalam realitas dan kenyataan.

Mari kita lihat persoalan ini lebih dekat. Apakah benar ujian hidup menghilangkan rasa bahagia dalam kehidupan ini? Apakah sakit, usia tua, cercaan manusia, kemiskinan, kegagalan, kekalahan dan lain-lain ujian hidup menjadi sebab hilangnya bahagia? Jawabnya, tidak!

Jika kita beranggapan bahwa ujian hidup itu penyebab hilangnya bahagia maka kita sudah termasuk dalam golongan pesimis yang beranggapan tidak ada kebahagiaan di dunia. Mengapa begitu?

Karena hakikatnya hidup adalah untuk diuji. Itu adalah aturan hidup yang tidak dapat dihindari. Jika benar itu penyebab hilangnya bahagia, maka tidak ada seorang pun manusia yang akan bahagia karena semua manusia pasti diuji.

Atas dasar itu, ujian hidup bukan penyebab hilangnya bahagia. Sebagai perumpamaan inspirasi, jika air jeruk nipis diletakkan di atas tangan yang biasa, maka kita tidak akan berasa apa-apa.

Sebaliknya, jika air jeruk itu dititiskan di atas tangan yang luka maka pedihnya akan terasa. Jadi apakah yang menyebabkan rasa pedih itu? Air jeruk itu kah atau tangan yang luka itu? Tentu jawabannya, luka di tangan itu.

Inilah makna bahagia dalam pandangan Islam

Secara mudah kebahagiaan itu adalah memiliki hati yang tenang dalam menghadapi apapun ujian dalam kehidupan. Inilah arti bahagia yang nyata sesuai petunjuk Allah di dalam Al Quran. Firman Allah: “Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang.” Al Ra’du 28.

Rasulullah SAW juga telah bersabda: “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Bila ia baik, baik pulalah seluruh tubuh, tetapi ketika ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ingatlah itu adalah hati. “(riwayat Bukhari Muslim)

Rasulullah SAW bersabda lagi: “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda tetapi kekayaan itu sebenarnya ialah kaya hati” Kaya hati berarti hati yang tenang, lapang dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki – bersyukur dengan apa yang ada, sabar dengan apa yang ada.

Jadi hati perlu dibersihkan serta dilestarikan dan dipelihara “kesehatannya” agar lahir sifat-sifat mahmudah seperti amanah, sabar, syukur, qanaah, reda, pemaaf dan sebagainya.

Puncak kebahagiaan adalah ketika hati seseorang mampu mendorong pemiliknya melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan dan larangan yang ditentukan oleh Islam dengan mudah dan secara “auto pilot”.

 

Inilah Makna Bahagia – Kutipan dari Pahrol Mohamad Juoi

You May Also Like

About the Author: Kumau Info

Blogger yang ikut meramaikan dunia maya dengan informasi dan pengetahuan berdasarkan sumber terpercaya.