Ada kemungkinan, Natal paling unik dan mewah di dunia ini justru di Jepang. Kenapa demikian? Mayoritas masyarakat Jepang bukan Nasrani. Pesta Natal di Jepang tidak ada kaitannya dengan agama, tapi diisi berbagai acara foya-foya.
Banyak muda-mudi Jepang melewatkan malam Natal di hotel-hotel, mulai dari hotel berbintang sampai hotel kelas rendah. Kebiasaan ini sudah menjadi trend bagi orang-orang muda Negeri Sakura, yang 89% mereka memang tidak menganut agama tertentu.
Karena itu pula, pada malam Natal mereka bukannya merenungkan kelahiran Kristus tapi mencari kegembiraan di tempat-tempat umum. Padahal, umat Kristen di Jepang hanya 1-2% dari 112 juta penduduk.
Semua toko, dari kelas warung sampai supermarket dan pusat perdagangan, berlomba membangun suasana Natal. Karena itu, di Jepang dikenal istilah Kurisumasu Shosen atau “perang dagang Natal” . Dan perang itu tidak sia-sia. Dari sana para pedagang mengeduk untung.
Omset kue Natal bisa mencapai 15 milyar yen. Sementara itu, uang yang dibelanjakan untuk hadiah Natal tidak kurang dari 150 milyar yen. Kelompok pembeli hadiah Natal yang paling royal adalah kaum muda-mudi. Saling memberi hadiah ini lebih mirip tradisi Valentine Day.
Bagi pria Jepang, malam Natal adalah kesempatan untuk mendapat kelonggaran. Pada malam itu, semua batas seperti mencair. Tak akan ada wanita yang menolak kencan di malam itu.
Dan umumnya pihak pria menyongsong malam yang panas itu dengan kesungguhan. Mereka menyusun acara dengan teliti, termasuk memesan kamar hotel dan membayarnya.
Semua wanita di Jepang saat itu memang ingin terlihat menawan. Sebuah judul karangan di sebuah majalah wanita berbunyi, “Mari kita menjadi cantik pada kencan di malam Natal.
Perayaan Natal di Jepang
