Sejarah Singkat Solo Technopark (STP)

Solo Technopark adalah kawasan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang memadukan unsur pengembangan iptek, kebutuhan pasar industri dan bisnis serta penguatan daya saing daerah, yang berada di Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Solo Technopark juga merupakan pusat vokasi dan inovasi teknologi, pusat riset teknologi terapan di Kota Surakarta, yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antara dunia pendidikan, bisnis, dan pemerintahan (The Triple Helix Model of Innovation) serta komunitas masyarakat.

Sejarah Solo Technopark (STP)

Sejarah proses kemunculan Solo Technopark (STP) dari ide sekelompok masyarakat yang merupakan akademisi di kota Surakarta pada periode 1995 hingga 1998, yang melihat besarnya jumlah kebutuhan sektor industri di sekitar wilayah Surakarta akan tenaga kerja terampil di bidang permesinan.

Sementara itu, pasar tenaga kerja lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan industri sehingga untuk memenuhi kebutuhan, banyak merekrut tenaga dari luar wilayah. Tergerak untuk menyediakan sumber daya manusia terdidik dan terlatih, sekumpulan pimpinan (kepala sekolah) dari Sekolah Menengah Kejuruan di Surakarta bersepakat untuk mencetak SDM siap kerja.

Pada tahap-tahap awal, para kepala sekolah itu merintis upaya ini dengan cara kerjasama antar sekolah yang ada dengan mengadakan pelatihan di tiap laboratorium sekolah.

Ide dan semangat ini lalu mendapat dukungan dari pimpinan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo. ATMI Solo bersedia menyediakan tenaga mentor atau pun staf pengajarnya untuk memberikan pelatihan tentang teknik mesin bagi siswa-siswa atau pun lulusan SMK agar siap kerja.

Para pengajar ATMI lalu mulai menyadari bahwa penguatan jaringan di dalam wilayah Surakarta tidaklah cukup. Maka, mereka mulai melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kerjasama ini dibina dalam rangka memberikan standar terhadap keahlian dimiliki oleh tiap peserta pelatihan.

Pada akhirnya, dilakukan sertifikasi kemampuan dan keterampilan permesinan untuk pertama di Indonesia terhadap para siswa ataupun lulusan SMK di awali dari SMK di Surakarta.

Kerjasama tidak hanya dilakukan terhadap institusi di dalam negeri, ATMI kemudian membuka peluang kerjasama dengan pihak-pihak yang ada di luar negeri. Salah satunya dengan institusi di Jerman melalui program IGI (Indonesia German Institut). Proses ini dilakukan sepanjang tahun 1998 hingga 2001.

Pesatnya perkembangan SCTC (Surakarta Competency and Technology Center) sebagai pusat pelatihan mekanik di Surakarta mampu berkontribusi dalam melatih pemuda pengangguran, mengupayakan tempat kerja, serta mewujudkan terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi.

Kesuksesan ini mendapat sambutan dari Walikota Surakarta kala itu, Joko Widodo, untuk mengembangkan konsep SCTC (Surakarta Competency and Technology Center) menjadi lebih luas cakupannya dan menambah bidang-bidang keterampilan yang diperlukan untuk pemenuhan pengembangan teknologi masa depan yang dinamakan Solo Technopark atau selanjutnya dikenal dengan STP. Konsep ini pun digagas sejak tahun 2006.

Hingga kini, Solo Technopark, Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah itu diarahkan sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan, dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan.

Solo Technopark dirancang untuk menjadi kawasan terpadu yang menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi. Bidang fokus yang diprioritaskan dalam proses inkubasi mencakup: bioenergy, pengolahan rumput laut (karagenan), waste threatment, serta industri kreatif (batik).

 

Sejarah Solo Technopark (STP)

You May Also Like

About the Author: Kumau Info

Blogger yang ikut meramaikan dunia maya dengan informasi dan pengetahuan berdasarkan sumber terpercaya.