Apa yang terjadi dengan energi dunia, sama yaitu energi fosil atau fossil fuel seperti minyak, gas, dan batu bara semakin kritis di sejumlah negara sehingga beberapa negara seperti Amerika Serikat, Brasil, Jerman, dan puluhan negara lain bersiap-siap menggunakan energi alternatif. Indonesia termasuk di dalamnya.
Semua pemeduli energi di dunia tahu persis, konversi dari energi fosil ke energi non fosil yang terbarukan bukan perkara mudah. Selain kondisi potensi, cadangan, dan resources energi non fosil di setia negara berbeda-beda, juga pola penggunaan energi fosil sudah terstruktur dalam kebiasaan konsumen, bahkan sistem kebijakan negara.
Bahkan kecenderungan penggunaan energi fosil justru akan terus meningkat di masa-masa datang.
Di Indonesia, salah satu hambatan penggunaan energi non fosil adalah keterlenaan masyarakat menikmati BBM dengan harga subsidi sehingga resistensi ketika subsidi itu dikurangi (berarti harga dinaikkan) begitu kuat dan seringkali dipolitisasi. Tetapi sukses konversi dari minyak tanah ke LPG adalah salah satu contoh terobosan yang cukup berhasil.
Sejak 2007 sudah jutaan paket tabung gas LPG 3 kilogram terdistribusikan ke masyarakat. Dan harga minyak tanah non subsidi sudah mulai diterapkan di beberapa tempat yang program konversinya sudah beres.
Harga energi alternatif, bahkan untuk energi fosil jenis gas masih kalah murah daripada harga energi fosil jenis BBM. Sedangkan untuk mengembangkan dan pengusahaan energi non fosil seperti panas bumi, energi matahari, energi air, energi angin investasinya sangat tinggi.
Tidak berimbangnya antara uang yang digelontorkan untuk membangun infrastruktur dan pengembangan energi tersebut dengan harga jual di masyarakat dan kalangan industri menjadi pematah semangat calon investor bergerak di bisnis energi non fosil.
Pada 2020, Indonesia diprediksi menjadi salah satu negara di dunia pengimpor energi terbesar jika masih mengandalkan sumber energi konvensional.
Energi Alternatif Geothermal
Seperti ditulis Gilbert Hutauruk dalam http://www.pertamina.com sesungguhnya kekayaan alam Indonesia melimpah ruah, dari mulai sumber daya alam sampai sumber daya mineral.
Sumber daya mineral yang melimpah di negara kita antara lain emas, tembaga, platina, nikel, timah, batu bara, dan panasbumi. Panas bumi adalah salah satu kekayaan sumber daya mineral yang belum banyak dimanfaatkan.
Pertamina sebagai perusahaan negara telah mengembangkan salah satu energi alternatif ini secara konkret. Misalnya di tengah isu semakin menipisnya cadangan minyak bumi, Pertamina mendukung penuh konversi minyak tanah ke LPG, lalu memanfaatkan gas ke industri-industri yang diurus Pertamina Gas, salah satu anak perusahaan Pertamina.
Untuk jenis non fosil, Pertamina sudah mengembangkan panas bumi sejak 1974 dan sekarang dikelola oleh anak perusahaan sendiri, di mana 12 Desember 2006 mendirikan Pertamina Geothermal Energi (PGE).
Saat ini panas bumi mulai menjadi perhatian dunia karena energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik. Pembangkit listrik bertenaga panas bumi telah banyak dipasang di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang.
Program EGS (Enhanced Geothermal System) yang dilakukan AS misalnya adalah suatu program besar-besaran untuk menjadikan panas bumi sebagai salah satu primadona pembangkit listrik pada tahun 2050.
Indonesia sendiri sebenarnya sudah mengarah ke sana. Ada Perpres Nomor 5 Tahun 2006 dan Inpres Nomor 1 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional, dan yang memberikan porsi lebih besar kepada energi terbatukan termasuk panas bumi dalam bauran energi nasional.
Energi Alternatif Geothermal – Info Teknologi