Kakek Rampeng (62) warga dusun Dualoronge, Panyili, Kecamatan Duaboccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi selatan berjuang untuk menyambung hidup sebagai buruh pemanjat pohon kelapa.
Meski tunanetra, kakek empat cucu ini mampu menghidupi dua anak beserta cucunya dengan hasil upah memanjat kelapa.
Kakek Rampeng memang dikenal sebagai pemanjat pohon kelapa yang ulung oleh warga sekitarnya yang merupakan daerah penghasil kelapa di Kabupaten Bone ini.
Dengan hanya bermodalkan seutas tali pengait, Kakek Rampeng memanjat satu persatu pohon kelapa yang menjulang tinggi.
“Saya lebih suka kalau tinggi karena tidak ada semut. Dalam sehari saya bisa panjat 30 sampai 40 pohon,” ujar Rampeng.
Saat seorang wartawan berkunjung ke rumah Kakek Rampeng,, pria tua tersebut terlihat tengah bersiap-siap menjalankan rutinitas kerjanya untuk memanjat pohon kelapa milik salah seorang pemilik kebun kelapa.
Upah yang diterima Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per pohon tergantung banyaknya buah kelapa yang dipetik.
Meski usia sudah mencapai kepala 6 serta keterbatasan penglihatan dan resiko nyawa sebagai taruhannya, namun Kakek Rampeng tetap kuat dan bersemangat menjalankan pekerjaan itu.
Memanjat pohon kelapa, semakin tinggi batang pohonnya semakin bersemangat dan makin menikmatinya.
Semangat dan keteguhan Kakek Rampeng sebagai pemanjat kelapa membuat terkenal hingga di luar kampungnya. Tak jarang order untuk memetik kebun kelapa dari luar kampung diperoleh Kakek Rampang.
“Saya sengaja memang panggil dia karena memang dari dulu dia pemanjat kelapa dan kalau dia yang manjat bagus, tidak banyak neko-nekonya dan tuntutannya,” kata Asnawi, salah seorang pemakai jasa Rampeng.
Terus terang kegigihan dan tanggung jawab merupakan kisah menarik yang perlu diteladani dari perjuangan Pria tua Tunanetra.
Perjuangan Pria Tua Tunanetra