Di kota Harar, Etiopia, menjinakkan hyena liar menjadi pilihan terakhir. Selama musim kemarau panjang dan berkurangnya makanan, satwa ini merayap masuk kota dan memangsa hewan ternak. Namun, bagi seorang hyenaman pertama di kota Harar, satwa liar tersebut tidak hanya mampu menghasilkan pemasukan, namun juga menjadi jalan hidupnya.
Hyena yang berkeliaran menjadi pemandangan malam di pinggiran kota Harar, sebuah kota yang dikelilingi tembok sepanjang 525 kilo meter di sebelah timur ibu kota Etiopia, Addis Ababa. Namun bagi seorang pria, satwa liar yang kelaparan tersebut tidak lagi menakutkan, sebaliknya, menjadi sebuah ritual malam baginya.
Di usianya yang menginjak pertengahan 60-an, Yusef Mome yang juga dikenal sebagai Hyena Man tengah mempersiapkan potongan daging untuk memberi makan hyena. Ia telah memberi makan satwa liar ini setiap hari selama sekitar 50 tahun hingga saat ini.
Menurut Yusef, dahulu hyena menyerang manusia, bahkan sampai menggali makam, dan memakan jasad manusia. “Namun sejak kami memberi makan seperti ini, hyena tak lagi menyerang manusia. Karena tak ada yang melakukan seperti saya, akhirnya wisatawan banyak yang datang.”
Kebiasaan ini bermula saat Yusef remaja, ada seekor hyena melahirkan di ladang milik keluarganya. Ayahnya, yang membeli potongan daging untuk anjing mereka, memberikan beberapa potong sisanya untuk hyena. Sejak saat itu semua hyena tak pernah menyerang hewan ternak mereka.
Pernah suatu hari anjing mereka lari, masih dengan rantai terikat di lehernya. Anjing ini terjerat di pagar saat hendak pulang, sehingga terpaksa berada di luar semalaman, namun tak ada hyena yang mengganggunya. Keputusan ayahnya saat itu telah memulai tradisi beberapa dekade lamanya yang masih dilakukan Yusef hingga kini.
Mengetahui banyaknya waktu yang dihabiskannya untuk berinteraksi dengan hyena, tidaklah mengejutkan jika Yusef pun kadang terluka. Beberapa tahun silam ia diserang oleh seekor hyen, saat ia memberinya makan. Tapi bagi Yusef itu hanyalah sebuah kecelakaan kecil, “Saya mengalami kecelakaan hanya sekali.
Suatu hari saya memberi makan hyena, lalu hyena itu berkelahi dengan hyena lain. Salah satu hyena itu menyeret dan menggigit lengan saya,” kenangnya.
Saat malam menjelang, Yusef dan anaknya, Abbas memulai pertunjukan mereka di hadapan kerumunan penonton yang terpana. Sejak usia 7 tahun, Abbas membantu ayahnya memberi makan hyena, kini ia berusia 20 tahun dan telah menganggap hyena seperti teman sendiri.
“Usia saya 7 tahun, saat mulai memberi makan hyena. Saya memulainya dengan membantu ayah, saat ia lelah. Kini, saya dan hyena sudah seperti teman. Kami amat dekat, bahkan saya tak bisa tidur, jika tak ke sini dan melihat hyena,” ujar Abbas.
Atraksi untuk Wisatawan
Wisatawan domestik dan wisatawan asing berkerumun setiap hari untuk melihat bagaimana Yusef dan putranya memberi makan hyena. Beberapa wisatawan bahkan cukup berani untuk memberi makan satwa tersebut dengan tongkat. Seorang wisatawan domestik, Mamush Bidiko, berasal dari Hosaena, kota kecil disebelah selatan Etiopia, memang pernah melihat hyena, namun belum pernah sedekat ini.
“Setahu saya, di kota kami, hyena bisa memakan manusia setelah jam 6 sore. Namun di sini mereka menggelar pertunjukan memberi makan hyena jinak. Hal yang membuat saya terkesan, kita bisa memberi makan daging pada hyena dari tongkat di mulut. Saya amat takut awalnya. Namun saat semua mendorong, saya bisa memberi makan hyena dengan daging dari tongkat yang saya gigit,” ujar Mamush.
Saat malam berganti siang, sinar matahari pun memperlihatkan kota kuno Harar yang dikelilingi dinding. Di kota ini hyena tak dipandang sebagai makhluk jinak yang ditemui oleh Yusef dan putranya setiap malam. Namun satwa liar kelaparan yang menyerang hewan ternak. Bahkan kadang lebih buruk lagi. Kejadian buruk baru-baru ini terjadi di musim dingin tahun 2010, yang takkan pernah dilupakan oleh Kassahun Ayele, seorang lansia berusia 78 tahun.
Menurut Kassahun Ayele, warga Harar, suatu hari seekor hyena melahirkan di tepi sungai dekat kota. Seseorang mengambil bayi-bayi hyena yang baru berumur beberapa hari, saat induk hyena meninggalkan bayinya untuk mencari makan. Hari itu juga, sekelompok hyena mengacaukan area itu sepanjang malam.
Induk hyena berhasil mengendus orang yang tinggal dekat penjagalan, dan memimpin kelompok hyena itu untuk menyerang rumah tempat bayi hyena berada. Di tengah kekacauan itu, salah satu hyena merebut bayi perempuan dari gendongan ayahnya. Karena marah bayinya meninggal, sang ayah meracuni hyena-hyena itu dan membunuh semua hyena.
Di abad ke-16, pemerintah kota Harar membangun tembok setinggi 4 meter di sekeliling kota tua bersejarah yang dikenal dengan ‘Harar Jugol’ untuk melindungi warga kota tersebut. Di dalam tembok terdapat rumah-rumah Afrika islami tradisional dan menara 82 masjid yang berwarna-warni. UNESCO mengakui Harar Jugol sebagai situs warisan dunia pada tahun 2006.
“Semua perabotan rumah, pakaian, peralatan dapur, tempat tidur warga Harar, bahkan rumahnya, semua sarat budaya. Warga kota ini hidup dengan nilai-nilai itu. Tak ada bangunan asing. Baru sekarang kami menggunakan semen dan batu putih untuk membangun,” ujar Kassahun Ayele.
Kini, tembok panjang tersebut mulai dimakan waktu. Beberapa bagian tembok baru-baru ini direnovasi, namun tembok tersebut masih memperlihatkan bagaimana warga kota menghadapi hyena yang berkeliaran mencari mangsa. Tembok ini ditandai dengan pintu hyena atau ‘Warab Al ‘Nudul’.
Seorang penjelajah abad ke-19, Richard Burton menulis tentang hal ini dalam bukunya “First Footsteps in East Africa” atau langkah pertama di Afrika Timur. Ia menulis bahwa warga kota Harar akan membuka pintu hyena di malam hari, menjebak satwa tersebut, menutup pintu, lalu membunuhnya dengan menggunakan tombak. Namun berkat jasa hyena man dan keluarganya, kota Harar kini mampu menangani masalah kemunculan hyena tanpa menggunakan kekerasan.
Dikutip dari WBC
Berteman Dengan Hyena Afrika – Info Inspirasi