Pohon Bong Penghasil Dupa Terancam Punah

Dupa adalah bahan aromatik yang terbuat dari getah pohon bong. Apabila dibakar di atas arang, dupa menghasilkan aroma yang harum. Guna menghasilkan asap yang lebih tebal dan guna menambah harumnya, terkadang wangi-wangian lain dicampurkan dalam dupa.

Fungsi dupa adalah sebagai alat upacara keagamaan umat Hindu, Budha, Konghucu, dan lainnya. Bentuk dupa ada berbagai macam seperti batang berukuran 11-42 cm, magic stick, bentuk kerucut, spiral, bentuk hewan, dan lainnya. Biasanya disebut sebagai Hio atau Yoshua.

Batang dupa terbuat dari kulit pohon bong sejenis pohon salam. Kepopuleran dupa mengakibatkan banyak pohon bong dieksploitasi dan akhirnya terancam punah. Namun kini sebuah proyek Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) membantu penanaman pohon yang menguntungkan ini agar terus terjaga sebagai hasil bumi, salah satunya di negara Laos.

Melestarikan Pohon Bong dari Kepunahan

Berdasarkan data dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) sebuah badan dari PBB yang tujuan utamanya adalah menyediakan pendanaan dan menggerakkan sumber-sumber tambahan untuk program-program yang khusus dirancang untuk pengembangan ekonomi wilayah miskin, terutama dengan mengembangkan produktivitas agrikultural.

Diketahui pada tahun 2008 pemerintah Laos mendeklarasikan bahwa pohon bong menghadapi ancaman kepunahan. Melihat kondisi tersebut, IFAD mulai mendorong ratusan penduduk desa untuk menanam pohon bong sebagai hasil bumi yang bisa diperdagangkan.

Proyek tersebut dimulai pada tahun 2011 di distrik Samouay dan berkembang ke bagian selatan Laos dan selesai pada bulan Desember 2015.

Para petani pun merasa terbantu dengan aktivitas yang bermanfaat ini sehingga tersedia mata pencaharian yang menjanjikan untuk keluarga mereka. Para petani kini berhasil melanjutkan kegiatan bertaninya secara mandiri. Sebelumnya mereka tak punya apa-apa, rumah hanya hunian sementara.

Lantainya terbuat dari bambu, tetapi kini bisa membuat lantai dari kayu. Dahulu mereka membuat atap dari ilalang, kini atap rumah dari logam. Setelah proyek ini hadir ke desa, para petani bisa memiliki rumah sendiri. Saat ini proyeknya menjangkau lebih dari 900 rumah tangga dan cakupan perkebunan pohon bong mencapai 2.000Ha.

Proyek ini melatih para petani dalam hal menanam dan mengelola perkebunan bong, disamping pertanian padinya. Mereka juga diajari cara memanen kulit pohon bong agar bisa berkelanjutan dengan cara mengupas kulit pohon selama 5 kali dalam satu tahun. Antara tahun 2011-2013, nilai kulit pohon bong semakin berlipat. Berdasarkan potensi yang menguntungkan tersebut, pohon ini mulai ditanam kembali.

Menurut IFAD, setelah 7 tahun penanaman, kini setiap hektar pohon bong bisa membuat seorang petani memiliki penghasilan tahunan sekitar Rp13 juta dan ia akan bisa terus memanen kulit pohon hingga 50 tahun mendatang. Sejumlah warga desa bisa membeli sepeda motor dari hasil panen kulit pohon bong, untuk membawa hasil panen dari kebun ke desa.

Artinya mereka bisa menjual hasil panen secara rutin kepada para pedagang yang datang dari sekitar Vietnam untuk membeli hasil panen kulit pohon bong mereka.

Untuk melindungi hutan bong dari eksploitasi berlebihan oleh penanaman modal asing dan perusahaan swasta yang mulai menjangkau pasar hijau ini, pemerintah Laos menyediakan sertifikat lahan resmi bagi para petani pohon bong.

Pohon bong adalah salah satu kisah sukses di Laos. Proyek ini sukses karena kemitraan yang sukses juga. Orang-orang luar biasa bekerja sama demi tujuan bersama. Hasil yang hampir serupa diraih dalam produksi kopi, beras, dan teh. Laos memiliki produk pohon bong yang bagus kualitasnya dan cukup unik, dengan warga yang amat bersemangat. Laos bisa menjadi negara yang amat maju ke depannya.

 

Pohon Bong Penghasil Dupa – Kumau Info

You May Also Like

About the Author: Kumau Info

Blogger yang ikut meramaikan dunia maya dengan informasi dan pengetahuan berdasarkan sumber terpercaya.